MORI ATAS JUGA SULTENG
Oleh : andono wibisono
PANJANG Jalan Propinsi Sulawesi Tengah tak kurang 1600 KM. Untuk tahun 2017 ini, hanya memiliki kemampuan memperbaiki hanya sekira 60 KM saja. Itu tentu terkait dengan penurunan DAK ke daerah-daerah akibat dari turunnya APBN 2017. Bila tahun 2016 lalu, DAK ke Dinas PU Bina Marga Sulteng mencapai ratusan miliar lebih, kini 2017 hanya sisa puluhan miliar saja.
Di sisi lain, perbaikan infrastruktur jalan nasional di Sulteng yang ditangani Balai Pelaksana Jalan Nasional (BJN) XIV Palu melalui Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian PU dan Perumahan Rakyat RI, begitu banyak mengucur. Misal contoh saja, jalan yang hanya enam KM antara Tomata-Beteleme dengan nomenklatur paket Tomata-Beteleme II yang dikerjakan PT Tunggal Mandiri Jaya (TMJ) dipatok Rp47,683 miliar.
Bila dilihat dari kaca mata awam, proyek yang hanya menanggani enam kilometer dipatok anggaran Rp47,683 miliar tentu memiliki spesifikasi yang luar biasa. Karena tentu medan jalan yang begitu rusak, tebing bebatuan dan upaya merekontruksi jalan Tomata-Beteleme II begitu berat. Kini pun pengerjaannya diharapkan sesuai dengan niat negara mengucurkan anggaran sebesar itu. Karena dengan anggaran Rp47,383 miliar bila hanya menanggani enam Kilometer berarti satu Kilometer menelan anggaran Rp7,8 miliar.
Selain Tomata-Beteleme II, ada juga proyek tahun jamak sejak 2015-2018 yang dikerjakan PT Jaya Konstruksi (Jako) dan PT Multigraha Istika Makmur (MGIM). Keduanya adalah penyedia jasa yang menerima anggaran untuk pelebaran jalan nasional Paket Tomata – Beteleme sebesar Rp277 miliar.
Kini warga Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara berharap jalan nasional itu tahun 2018 ke depan dapat dinikmati. Di tangan perusahaan perusahaan itulah nantinya rakyat Mori Atas berharap dapat bekerja sesuai dengan ketentuannya. Karena dengan niat yang baik, pasti kontraktor turut membantu keinginan lama rakyat Mori Atas jalannya lebih baik. Di tangan Stefen Lianto alias Aho dan PT TMJ, yang disebut milik Bos Hance Yonanes, jalan itu dapat dinikmati tidak seperti saat ini. Bila keinginan itu, dana rakyat yang sudah mengucur ratusan miliar rupiah di jalan nasional Tomata-Beteleme itu, maka jawabannya sangat sederhana.
Kini semua berharap, jalan nasional itu dapat diawasi pengerjaannya dengan baik. Dievaluasi dengan ketat. Dimonitoring dengan sungguh-sungguh. Kita tidak ingin ke depan hanya gara-gara jalan nasional itu berakhir ke pengadilan tindak pidana korupsi. ***

0 komentar:
Posting Komentar