TAMBANG GALIAN C

Tolis,- CAMAT Galang Kabupaten Tolitoli, Aspat akhirnya menerbitkan rekomendasi penyebab putusnya jembatan dan ambruknya Daerah Irigasi (DI) di Desa Tinigi Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli. Ambruknya DI dan putusnya jembatan disebabkan aktifitas pertambangan batuan galian C.
Dua usaha pertambangan batuan yang merusak DI dan memutuskan jembatan yang menghubungkan Desa Tinigi dan Lakatan di kecamatan itu menurutnya perlu dilakukan evaluasi, baik lokasi maupun izin pertambangan yang dikantongi pihak pengusaha tambang yang selama ini beroperasi disekitar sungai.
"Pertambangan batuan di sungai Tinigi dinilai tidak sesuai dengan aturan pelaksanaan, karena mereka beroperasi disekitar sungai yang berdekatan dengan DI dan jembatan," tegas Aspar. Tambang batuan tersebut menurutnya diduga telah merusak fasilitas pemerintah karena sudah melakukan aktifitas diluar ketentuan yakni menggali batu dengan kedalaman dua meter.
"Akibat aktifitas tambang galian C yang melanggar, pihaknya akhirnya terbitkan tekomendasi. Rekomendasi itu ditembuskan kepada pihak DPRD, Badan Lingkungan Hidup, PU, Polres serta pihak penambang," Ungkapnya.
Kepala Desa (Kades) Tinigi Abdul Rahman yang dikonfirmasi terkait rekomendasi itu membenarkan. Menurutnya aktifitas penambangan batuan yang mengakibatkan rusaknya DI dan memutuskan jembatan diduga kuat akibat aktifitas tambang yang dilakukan serampangan.
"DI yang rusak besar kemungkinan akan menyebabkan gagal panen pada padi petani, sementara jembatan yang putus telah memutuskan akses masyarakat ke desa lainnya," kata Kades Tinigi itu.
Soal aktifitas tambang yang dinilai melanggar aturan tersebut menurut Kades Tinigi, Abdul Rahman, sudah Pernah dilakukan pelarangan, namun larangan itu tidak diindahkan pihak penambang. "Saya selaku Kades sudah seringkali melakukan teguran, baik lisan maupun tertulis, namun dicuek," ucap Kades itu.
Soal DI yang ambruk akibat banjir beberapa waktu lalu, menurut kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Galang Wayan Sudiarta telah mengancam sawah petani yang luasannya diperkirakan mencapai 2.929 hektar. Meliputi Desa Tinigi, Desa Tende, Desa Lalos, Desa Ginunggung.
"Karena DI yang ambruk, sawah petani kesulitan air, untung saja saat ini musim penghujan, kalau tidak bisa jadi petani mengalami gagal panen," tukas Wayan. DI yang disebut Tende Lalos itu hingga kini belum mendapat penanganan serius dari pemerintah daerah. Upaya sementara yang dilakukan baru sebatas pemasangan buronjong, namun belum dilakukan secara maksimal. **
0 komentar:
Posting Komentar