Sumber: antarasulteng.com
SEBAGIAN Petani di daerah lumbung padi di Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah saat ini membutuhkan bendungan irigasi karena sudah bertahun-tahun bendungan di daerah mereka tak kunjung dibangun pemerintah. "Terpaksa setiap kali mau mengolah sawah, petani secara sewadaya membuat bendung sendiri. Pakai karung, bahkan sewa alat berat sendiri," kata Kepala Desa Sausu Piore Ismail di Palu, Senin.
Dia mengatakan setiap kali musim penggarapan sawah, petani menghabiskan dana puluhan juta untuk membuat bendung agar sawah mereka bisa dialiri. Menurut Ismail, bendung tersebut sangat dibutuhkan karena sebelumnya sudah ada jaringan irigasi yang dibangun pemerintah. Hanya saja daerah irigasi tersebut tidak dilengkapi dengan bendung.
"Hampir setiap tahun kami ajukan proposal pembangunan bendung itu. Tidak saja ke kabupaten, tapi juga ke pemerintah provinsi. Tapi sampai sekarang ini tidak ada realisasinya. Kasian petani kami," katanya. Irigasi di Sungai Sausu tersebut menyuplai air untuk dua desa yakni Sausu Piore dan Sausu Tambu dengan luas sawah sekitar 700 hektare.
Ismail mengatakan sedikitnya 600 petani di dua desa tersebut berharap pemerintah segera membangun bendung sehingga petani tidak lagi mengeluarkan ongkos besar setiap kali musim pengolahan sawah.
Ismail mengatakan sudah banyak perwakilan pemerintah yang datang melihat langsung kondisi bendung tersebut namun sampai saat ini tak kunjung ada realisasi pembangunannya. "Petani hanya dijanji terus, tidak ada realisasi sampai sekarang. Saya juga tidak tahu, dana pembangunannya tersangkut dimana," katanya.
Ismail berharap agar pemerintah daerah menjadikan pembangunan bendung tersebut sebagai prioritas mengingat sudah hampir dua kali pemilihan kepala daerah dan pemilihan umum kebutuhan petani tidak pernah dipenuhi.
"Padahal ini untuk kepentingan petani. Mestinya ini prioritas agar produksi dan produktivitas pertanian kita bisa lebih baik," katanya.
Masalah irigasi selalu menjadi keluhan petani di berbagai daerah di Sulawesi Tengah mengingat pemerintah daerah tidak mampu memenuhi semua permintaan pembangunan irigasi.
Saat ini terdapat 484 daerah irigasi dengan luas potensial 161.636 hektare, namun luas fungsionalnya baru mencapai 109.508 hektare. Sementara yang belum fungsional masih mencapai 52.128 hektare.
Dari jumlah irigasi tersebut masing-masing enam daerah irigasi menjadi kewenangan pemerintah pusat, 33 daerah irigasi kewenangan provinsi (tiga diantaranya sedang dalam pengerjaan oleh Balai Sungai) dan 445 daerah irigasimenjadi kewenangan pemerintah kabupatenDinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhorti) Provinsi Sulawesi Tengah menargetkan pembangunan jaringan irigasi untuk kebutuhan peningkatan produksi pertanian seluas 6.600 hektare selama tahun 2017.
"Target itu merupakan bagian dari pengembangan sarana dan prasarana pertanian dengan bantuan APBN 2017," kata Kadis Distanhorti Sulteng Tri Iriani Lamakampali, saat dihubungi dari Palu, Sabtu.
Pembangunan jaringan irigasi itu, kata dia, berada pada lima kabupaten se-Sulteng.
Tri merincikan daerah yang direncanakan untuk pembangunan jaringan irigasi, yakni Kabupaten Banggai 800 hektare, Kabupaten Parigi Moutong seluas 1.000 ha, Kabupaten Morowali seluas 800 ha, Kabupaten Poso seluas 3.000 ha, dan Kabupaten Sigi seluas 1.000 ha.
Pihaknya telah melakukan evaluasi sejumlah permasalahan dalam pengembangan komoditas pangan dan hortikultura di Sulteng selama tahun 2016.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pengembangan sumber air pada delapan kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Tolitoli sebanyak 6 unit, Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 4 unit, Kabupaten Donggala sebanyak 8 unit, Kabupaten Buol sebanyak 6 unit, dan Kabupaten Poso sebanyak 6 unit.
Kemudian Kabupaten Tojo Una-Una sebanyak 8 unit, Kabupaten Sigi sebanyak 4 unit, Kabupaten Banggai Kepulauan sebanyak 3 unit, dan Kota Palu sebanyak 13 unit. Menurut dia, sejumlah permasalahan dalam pengembangan komoditas pangan khususnya padi di Sulteng, di antaranya awal tahun 2016, pada sebagian wilayah Sulteng masih mengalami gangguan akibat debit air irigasi belum normal yang merupakan dampak dari El Nino pada Tahun 2015. "Sebagian sawah tidak ditanami sama sekali, akibat kurang tersedia air irigasi untuk mendukung pengembangan padi sawah," ujarnya.**
0 komentar:
Posting Komentar