BPJN, Satker & Kontraktor Bungkam
Ket foto: Jalan nasional Wilayah III di Sulteng, yaitu ruas jalan sejak Taripa, Tomata hingga Beteleme, FOTO/Kailipost/andonowibisono
reporter/editor : hasan sunuh/andono wibisono
RUSAKNYA Jalan trans sulawesi Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, di Kabupaten Morowali Utara (Morut) hingga belum memperoleh tanggapan dari Kepala Balai Jalan Nasional, Kepala Satker PJN III dan penyedia jasa masih bungkam. Beberapa kali, ketiganya dihubungi beberapa kali tidak memberi tanggapan.
"Bapak Kepala balai sibuk,’’ ujar stafnya di kantornya. Demikian pula dengan Kepala Satker wilayah III Sulteng Taufiq Muthaher juga dua kali dihubungi menurut stafnya yang paruh baya dipanggil Oma, mengaku berada di luar daerah. Demikian juga dengan penyedia jasa Steven Lianto pimpinan perusahaan PT Multi Graha Istika Makmur. Dikonfirmasi via telpon enggan menjawab.
Jalur trans nasional itu harus buka tutup karena sedang ada pekerjaan pengusuran bukit-bukit dan pembangunan jembatan. Kepada pengatur jalan, seperti nampak sekuriti penyedia jasa, kami sempat berbincang-bincang. ‘’Nanti dibuka jam lima sore Pak. Setelah itu jam tujuh malam ditutup lagi dan jam sembilan kembali tutup dari arah Poso ke Kolonodale,’’ ujarnya memberikan penjelasan.
Penyedia jasa pembangunan jalan trans nasional itu menurutnya adalah PT Jaya Konstruksi (Jako) bersama PT Multi Graha Istika Makmur dengan melakukan KSO. PT MGIM pemiliknya dikenal dengan panggilan Ahok, warga Poso. Sedangkan PT Jeko dari Jakarta. Sekuriti itu entah tidak menunjukkan atau tidak mengenal, tapi ia mengaku tidak kenal dan tidak memiliki kontak person pimpinanya. Pagu anggaran pekerjaan jalan trans nasional Tomata-Beteleme itu Rp277,030 miliar. Dengan kontrak tahun jamak selama tiga tahun (tanggal kontrak 27 September 2015 - ) dengan waktu pelaksanaan 1080 hari.
Nampak alat berat louder dan dum truk hilir mudik membawa material catingan tebing, yaitu tanah merah dan material campuran batu. Sisanya dum truk lain dari arah berlawanan membawa material kerikil dan tanah untuk menimbun sekitar tebing yang dicating. Nampak juga pembangunan jembatan berdiri tiang pondasi tapi belum terpasang geragalnya. Jembatan itu nampaknya menggantikan jembatan lama di sampingnya yang sudah rusak berat tapi masih dapat dilintasi.
Data yang kami peroleh dari sebuah situs menyebut bahwa daerah jalan trans nasional wilayah Taripa, Tomata hingga Beteleme dan sepanjang ke arah Bungku memiliki testur tanah plastis. Plastis adalah tipe tanah lumpur yang tidak menyerap air. Tanah plastis sulit menyerap air. Hingga bila dilintasi atau tertekan tanah plastis pasti akan berlumpur dan mudah longsor.
Kami melintas di Tomata pun pembangunan jalan trans nasional itu dengan digali sedalam 1 meter – 1,5 meter. Sebelum ditumbun, nampak dilapisi dengan plastik (perlak hitam) dan sesudahnya ditimbun. Kami sempat mengabadikan pekerjaan jalan trasn nasional Tomata-Beteleme yang dikerjakan PT Jeko dan PT MGIM itu. Beberapa ruas jalan sudah mulai dilakukan pengerasan dan pelebaran.
Tidak hanya itu, di jalur trans nasional wilayah Sulteng yang menjadi tanggung jawab Satuan Kerja (Satker) PJN Wilayah 3 dari Balai pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Palu itu, juga ada proyek sambungan efektif hanya enam KM senilai cukup fantastis Rp47,6 miliar. Proyek itu dikerjakan PT Tunggal Mandiri Jaya (TMJ) Palu. Data yang kami peroleh, TMJ melanjutkan pekerjaan dengan tenggat waktu 300 hari kalender dengan pelaksanaan jalan koridor Tintandana – Taripa – Beteleme. Proyek ini dimenangkan TMJ yang ditender akhir tahun 2016 dengan kontrak kerja 9 Januari 2017.
Pekerjaan TMJ yaitu memotong tebing tanah dan tebing batu sepanjang enam kilometer dan merekontruksi jalan Tomata-Beteleme II. Di lapangan kami menemukan sebagian tebing batu belum dicating dan masih menjorok menutup jalan dan sebagian telah dicating. Di lokasi juga kami menemukan cruser dan direksi kidd TMJ yang mengcraser batu-batu menjadi kerikil untuk digunakan bahan campuran atau pengganti pasir untuk membuat batas tebing setinggi setengah meter. Bila pekerjaan enam kilometer menelan Rp47,6 miliar berarti pemerintah berharap jalur koridor Tomata – Beteleme II itu terekontruksi sesuai dengan baik. Dengan asumsi jalan dapat dilintasi dua kendaraan berlawanan arah dan kondisi jalan aspal.
Bila telah selamat melintas di koridor Tomata-Beteleme, pengendara pasti masih menjumpai beberapa jalan yang aspalnya mulai rusak. Hanya beberapa meter di aspal, selanjutnya mobil kembali "goyang pata-pata" ke kiri ke kanan. Bahkan lubang-lubang jalan trans wilayah III Sulteng bak kubangan kerbau. Kerusakan jalan dipastikan karena lalu lintas mobil truk berkapasitas besar milik perusahaan sawit dan tambang serta lainnya.
Memasuki wilayah Kolonodale, selepas jembatan, jalan sudah mulus dan lebar. Beberapa titik saja drainasenya sedang dikerjakan. Jalan lama memasuki Kota Kolonodale sudah jarang digunakan. Pengendara mulai menggunakan jalan baru, jalur dua yang kini dalam tahap pengaspalan lajur kiri dan sebagian lajur kanan. Cuma, jalan baru yang memotong bukit agak tinggi itu cukup menanjak. Diperkirakan sekitar 15 KM jalan baru itu mengantar kami ke Kota Kolonodale. **
0 komentar:
Posting Komentar